Penanggulan - Sejarah Masjid Ijo Penanggulan

Sejarah Masjid Ijo Penanggulan

Lokasi

Masjid Ijo Penanggulan, atau Masjid Nurut Taqwa terletak di Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya berada di wilayah Dukuh Kauman, RT 003 RW 003. Dari perempatan pegandon ke arah barat sekitar 500 m, berada di sebelah selatan jalan. Sekitar tujuh kilo meter dari Kota Kendal ke arah barat daya. Desa Penanggulan sendiri dilalui oleh jalur utama jika dari pantura mau masuk TOL  Jakarta - Surabaya melalui pintu TOL Kendal. Terdaftar di google maps dengan link https://goo.gl/maps/9MtuwXX5VGndG6b19

Sejarah

Keberadaanya terlepas dari kharisma seorang tokoh Kerajaan Mataram Islam, yakni Tumenggung Bahurekso yang pernah menyerang Batavia (Jakarta) untuk mengusir Kompeni Belanda ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung.

Akibat kegagalan yang dialami oleh prajurit Mataram, akhirnya mereka mengundurkan diri dan kembali ke Mataram. Namun, sebelumnya sempat tinggal lama di wilayah Penanggulan dan pengikut Tumenggung Bahureksa sempat berdakwah di daerah Penanggulan. Di antaranya prajurit Kiai Jumerto yang berdakwah di daerah Jumerto, Kiai Jebeng di daerah Jebeng (Desa Pegandon), Kiai Srogo di daerah Srogo, Kiai Puguh di daerah Puguh, Kiai Ploso di daerah Ploso yang semuanya masih satu wilayah kecamatan dengan Desa Penanggulan.

Prajurit Tumenggung Bahurekso juga membangun bui (penjara) di selatan masjid. Namun, peninggalannya tidak dapat dijumpai lagi akibat terjangan banjir.

Menurut penuturan Kiai Haya’ yang masih ada trah (keturunan) Tumenggung Bahurekso, di Penanggulan, Tumenggung Bahurekso dikenal dengan sebutan Mbah Sulaiman. Tetapi, ada yang menyebutkan Singonegoro. Mbah Sulaiman atau Bahurekso atau Singonegoro bin Merah bin Batoro Katong (Sunan Katong) yang merupakan trah dari Brawijaya V, Raja Majapahit yang makamnya ada di Kaliwungu. Menurut Kiai Haya’ Masjid Nurut Taqwa lebih duhulu ada dibanding dengan Masjid Kramat Pakuncen yang dibangun oleh Sunan Bewono. Kiai Haya’ tidak tahu pasti siapa yang membangun masjid tersebut, namun diyakini usianya lebih tua dari Masjid Kramat Pekuncen. Bahkan, Sunan Bewono pun sewaktu-waktu berguru kepada Mbah Sulaiman alias Tumenggung Bahurekso.

Keistimewaan

Wujud Masjid Nurut Taqwa yang sekarang sudah bukan asli lagi kerena telah mengalami beberapa kali pemugaran. Wujud asli masjid adalah lebih kecil dan terbuat dari kayu jati, mulai tiang sampai atapnya, sehingga cepat rusak terkena air hujan. Pada akhir tahun 1954 dilakukan renovasi besar-besaran dan wujudnya dapat dilihat seperti sekarang. Yang masih tersisa hanya beduk saja, sedangkan benda-benda peninggalan Tumenggung Bahurekso lainnya, seperti arit dan gentong, sudah raib. Bahkan, gentongnya sudah berpindah ke Masjid Pekuncen.

Salah satu keistimewaan masjid ini, dahulu, meskipun terjadi banjir besar, namun air tidak pernah menyentuh masjid. Kekhawatiran akan terjadinya banjir itu disinyalir karena adanya peringatan dari Mbah Sulaiman untuk tidak meninggikan masjid, karena sekitar masjid akan terendam air jika banjir. Tetapi, peringatan itu tidak diindahkan dan masjid tetap ditinggikan. Akibatnya, benar-benar luar biasa. Banjir sering mengganas lewat Sungai Bodri yang terletak di belakang masjid. Bahkan, suatu hari setelah Idul Adha, banjir kembali melanda dan menghancurkan rumah-rumah penduduk. Apakah ini akibat peringatan Mbah Sulaiman yang tidak digubris? Wallahu a’lam.

Lebih lanjut, Kiai Haya’ menjelaskan, meskipun makam Tumenggung Bahurekso ada di mana-mana, namun yang ada jasadnya hanya yang ada di belakang masjid ini. Bahkan pejabat Kendal, seperti Bupati Kendal, sering mengunjungi makam Tumenggung Bahurekso tersebut. Menurut Kiai Haya’, berdasarkan nasihat sesepuh, sebelum ziarah ke Muria dan Kaliwungu, hendaknya ke Penanggulan dulu, karena urutannya dari Penanggulan lantas Kaliwungu dan terakhir di Muria Kudus.

Untuk mengenang jasa-jasa Tumenggung Bahurekso, pada setiap tanggal 27 Syawal diadakan haul (peringatan kemangkatan). Para peziarah yang datang berasal dari berbagai daerah di Kendal. Bahkan, ada yang datang dari Malaysia dan Singapura. Ini membuktikan bahwa Mbah Sulaiman tidak hanya dikenal di wilayah Kecamatan Pegandon dan Kabupaten Kendal saja, tetapi sampai ke luar negeri.

Meskipun sudah tidak asli lagi, namun Masjid Nurut Taqwa menyimpan sejarah perjuangan dan pengembangan Islam di Nusantara. Bahkan, hari jadi kota Kendal pun tidak luput dari sejarah perjuangan Tumenggung Bahurekso yang gagah perkasa menentang penjajah Belanda di Tanah Air.

 


Dipost : 05 September 2019 | Dilihat : 1757

Share :